Yang penting bapak sehat dan kalian Ridho yaaa!
“Yang penting kalian ridho,,,” dan Kalimat itupun terlontar lagi,,,!
Salah satunya hanya karena sebuah tragedi, beliau sakit selama 4 hari dan harus
menjalani perawatan. Kami merawatnya selama
4 hari, dan memang kamipun mengerahkan seluruh kekuatan kami saat itu.
Hanya 4 hari,,,mengapa kalimat itu perlu terasa dilontarkan,
,? “yang penting kami ridho….”
7 anak dan berpuluh puluh tahun,, perjuangan yang bahkan tak
bisa dideskripsikan oleh kata-kata apapun telah ia lakukan. Untuk kami anak-anaknya.
Membesarkan anak dalam keadaan susah payah dan masih saja harus
menantikan keadaan yang sempurna untuk sebuah kehidupan. Kesempurnaan kami untuk
menjadi anak-anak yang soleh dan solehah.
Penantian itu terus saja berlanjut,,,sampai detik ini
mungkin,,,
Perjuangan itu belum berakhir,,,dan mungkin takkan ada kata
selesai baginya untuk kebahagian kami.
Dan kini mengapa budi itu terasa baginya ,ketika jasa kami
sedikit ada ? Mengapa begitu segan dan
enggan, berat hati ketika kami melakukan sedikit kebaikan kepadanya.
4 hari dan beberapa rupiah yang harus dikeluarkan.
Dan kami..??Puluhan tahun waktu yang ia abdikan, rupiah demi
rupiah, tetesan keringat demi tetesan, bukan hanya tentang raga dan materi yang
harus ia korbankan, jiwanyapun sudah tak asing lagi bermain peran, rasa sakit ,
harga diri, kesabaran dan penantian. Semua itu sudah dikeluarkan dengan sepenuhnya,
tanpa sisa sedikitpun, tanpa batas.
Dan kamipun menerima semua itu tanpa pamrih. Tanpa bimbang
atau bahkan berberat hati.
Itulah keajaiban rasa… tentang cinta…
Dan itulah cerita cinta…inilah kisah dua cinta yang berbeda.
Kami punya cinta dan bapakku pun punya cinta…
Aku mengakui bahwa aku memiliki cinta, cinta yang begitu
indah, cinta yang ku pelihara dan kujaga , cinta yang tulus. Cinta seorang anak
terhadap orang tuanya. Cinta anak kepada ayahnya.
Itulah cinta kami,,,, sangat indah dan begitu besar ,,,
seperti yang kami rasakan. Cinta yang tumbuh karena sebuah hubungan yang tak
kan pernah berakhir. Cinta yang bisa kami
gambarkan, bahwa kami sangat mencintainya, Cinta yang dapat kami buktikan bahwa
kami cinta kepadanya. Karena kami mau menjaganya, menangisinya dan
membutuhkannya.
Dan itulah cinta kami…
cinta seorang anak ,,,,,cinta yang kami persembahkan untuknya….
Namun… ada yang begitu aneh, begitu besar cinta kami padanya,
ternyata,,, tetap saja tak kan pernah bisa melebihi cinta mereka kepada kami.
Senyata apapun bukti cinta kami kepadanya, tak ada yang bisa menjelaskan
seperti apa cinta mereka kepada kami semua.
Allah bagaimana bisa seperti itu,,? Cinta yang tak pernah
seimbang, cinta yang kami berikan terasa begitu besar, namun mengapa tak mampu
jua menghapus rasa pamrih dihatinya, mengapa tak sama ketika dia berikan apapun
kepada kami, yang ada didalam hati kami hanyalah rasa kepuasan, bukan enggan
ataupun tersakiti, seperti yang ia rasakan. Sungkan untuk menerima pemberian
dari kami, bahkan merasa sangat terbebani.
Ya,,,, semua itu pasti karena rasa cinta yang dimilikinya.
Cinta yang tak pernah kami miliki seperti cintanya kepada kami.
Mengapa tak pernah terlintas,,, dalam pikirannya bahwa ia
layak mendapatkan apapun dari kami, bahkan lebih dari segalanya, bukan hanya
tentang waktu , uang dan sedikit pengorbanan rasa..!!!
Ternyata ia lupa, hidup yang ia berikan untuk kami memang
bukan tentang memberikan kemudian harus dikembalikan. Semua itu tentang hidup yang iapun mungkin tak mengerti, mengapa ia lakukan semua itu? seperti
terhipnotis oleh sebuah rasa, rasa yang Engkau anugrahkan kepadanya.
Kesempurnaan cinta orang tua terhadap anaknya.
Ya Allah cinta itu begitu indah bukan??? Namun tetap saja cinta
kami tak seindah cintanya. Tetap saja cinta kami berbeda. Apapun alasannya
cinta kami berada dalam posisi yang tak sama.
Perbandingan bukanlah lawan untuk semua ini.
Membalas jasa , berbakti , mengabdi atau apapun namanya tak
kan mampu menyetarakan kami dengan mereka.
Satu cinta, satu rasa namun tak bernilai sama